RENUNGAN



Tauhid, Keutamaan dan Perkaitannya

Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan)  segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta,  Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada  sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil.  Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha  Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-nama yang  indah dan sifat-sifat yang tinggi.

Pembahagian Tauhid

Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya ada dua:

1. Pertama: Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan dengan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat zat Rabb SWT dan mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT dengan asma (nama), sifat, dan perbuatan-Nya.

          Pengertiannya: seorang hamba meyakini dan  mengakui bahwa Allah SWT sematalah Rabb yang Menciptakan, Memiliki,  Membolak-balikan, Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan  Sifat-sifat, serta perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu,  Yang Meliputi segala sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa  atas segala sesuatu. Dia SWT mempunyai asma' (nama-nama) yang indah dan  sifat yang tinggi:

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Sura:11)

2. Tauhid dalam tujuan dan permohonan, dinamakan tauhid uluhiyah dan ibadah, yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua jenis ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dll.
          
Pengertiannya: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT saja yang memiliki hakuluhiyah terhadap  semua makhlukNya. Hanya Dia SWT yang berhak untuk disembah, bukan yang  lain. Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari  jenis ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong, tawakkal, takut,  mengharap, menyembelih, bernazar dan semisalnya  melainkan hanya untuk  Allah SWT semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada  selain Allah SWT maka dia adalah seorang musyrik lagi kafir.

Firman  Allah SWT:

Siapa menyembah ilah yang lain selain Allah SWT, padahal tidak  ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya  di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak akan  beruntung. (QS. Al-Mukminun:117)

Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah;  kebanyakan manusia mengingkari tauhid ini. Oleh sebab itulah Allah SWT  mengutus para rasul kepada umat manusia, dan menurunkan kitab-kitab  kepada mereka, agar mereka beribadah kepada Allah SWT saja dan  meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.

1. Firman Allah SWT:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan  Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan  Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiya` :25)


2. Firman Allah SWT:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat  (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah Thaghut  itu",…. (QS. An-Nahl :36)

Hakikat dan Inti Tauhid:

Hakikat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua  perkara berasal dari Allah SWT, dan  pandangan ini membuatnya tidak  menoleh kepada selainNya SWT tanpa sebab atau perantara.  Seseorang  melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya  dan semisalnya, semuanya berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya  dengan ibadah yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah  kepada yang lain.

Buah Hakekat Iman:

          Seseorang hanya boleh tawakkal  kepada Allah SWT semata,  tidak memohon kepada makhluk serta tidak memperdulikan celaan mereka. Ia  ridha kepada Allah SWT, mencintaiNya dan tunduk kepada hukumNya.

Tauhid Rububiyah diakui manusia dengan naluri fitrahnya dan  pemikirannya terhadap alam semesta. Tetapi sekedar mengakui saja  tidaklah cukup untuk beriman kepada Allah SWT dan selamat dari siksa.  Sungguh iblis telah mengakuinya, juga orang-orang musyrik, namun tidak  ada gunanya bagi mereka. Karena mereka tidak mengakui tauhid ibadah  kepada Allah SWT semata.

          Siapa yang mengakui Tauhid Rububiyah saja, niscaya  dia bukanlah seorang yang bertauhid dan bukan pula seorang muslim,  serta tidak dihormati/diharamkan darah dan hartanya sampai dia mengakui  dan menjalankan Tauhid Uluhiyah. Sehingga dia bersaksi bahwa  tidak Ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah SWT semata,  tidak ada sekutu bagiNya. Dan dia mengakui hanya Allah SWT saja yang  berhak disembah, bukan yang lainnya. dan konsekuensinya adalah hanya  beribadah kepada Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagiNya.

. Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah memiliki ketergantungan satu sama lain:

1.      Tauhid Rububiyah mengharuskan kepada Tauhid Uluhiyah.  Siapa yang mengakui bahwa Allah SWT Maha Esa, Dia lah Rabb, Pencipta,  Yang Memiliki, dan yang memberi rizki niscaya mengharuskan dia mengakui  bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah SWT. Maka dia tidak  boleh berdoa melainkan hanya kepada Allah SWT, tidak meminta tolong  kecuali kepadaNya, tidak bertawakkal kecuali kepadaNya. Dia tidak  memalingkan sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya kepada Allah SWT  semata, bukan kepada yang lainnya. Tauhid uluhiyah mengharuskan bagi  tauhid rububiyah agar setiap orang hanya menyembah Allah SWT saja, tidak  menyekutukan sesuatu dengannya. Dia harus meyakini bahwa Allah SWT  adalah Rabb-Nya, Penciptanya, dan pemiliknya

2.      Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama-sama, akan tetapi keduanya mempunyai pengertian berbeda. Makna Rabb adalah yang memiliki dan yang mengatur dan sedangkan makna ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang berhak untuk disembah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

Seperti firman Allah SWT:

Katakanlah:"Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia" (QS. An-Naas: 1-3)

          Dan terkadang keduannya disebutkan secara terpisah, maka  keduanya mempunyai pengertian yang sama, seperti firman Allah SWT :

Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, …". (QS. An-An'aam:164)

Keutamaan Tauhid

1. Firman Allah SWT :

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka  dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat  keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.  Al-An'aam: 82)

2.  Dari 'Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Siapa  yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah  SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya Muhammad SAW adalah hamba  dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, serta  kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan Ruh dari-Nya. Dan  (siapa yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka  adalah benar, niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah ada". Muttafaqun 'alaih.[1]

3. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Allah SWT berfirman,  'Wahai keturunan Adam, selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku,  niscaya Kuampuni semua dosa kalian dan Aku tidak perduli (sebanyak  apapun dosanya). Wahai keturunan Adam, jika dosamu telah sama ke atas  langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Kuampuni dan  Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosamu). Wahai keturunan Adam, jika  engkau datang kepadanya dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau  datang menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku,  niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi)." HR. at-Tirmidzi.[2]

Balasan Ahli Tauhid

Firman Allah SWT:

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan  berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir  sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam  surga-surga itu, mereka mengatakan:"Inilah yang pernah diberikan kepada  kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di  dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS.  Al-Baqarah: 25)

Dari Jabir r.a, ia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW  seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang bisa  dipastikan?' Beliau menjawab, 'Siapa yang meninggal dunia dan keadaan  tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya dia masuk dan  siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan sesuatu dengan  Allah SWT, niscaya dia masuk neraka." HR. Muslim.[3] 

Keagungan Kalimah Tauhid

Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW  bersabda, "Sesungguhnya Nabi Nuh 'alaihissalam tatkala menjelang  kematiannya, beliau berkata kepada anaknya, "Sesungguhnya aku  menyampaikan wasiat kepadamu: Aku perintahkan kepadamu dua perkara dan  melarangmu dari dua perkara. Saya perintahkan kepadamu dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang  berhak disembah) selain Allah). Sesungguhnya seandainya tujuh lapis  langit dan tujuh lapis bumi diletakkan dalam  satu daun timbangan dan  kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah) diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaaha illallah lebih  berat. Dan jikalau tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan  sebuah lingkaran yang samar, niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallahdan subhanallahi wabihamdih (maha  suci Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia merupakan inti  dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku melarangmu  dari perbuatan syirik dan takabur…" HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam  al-Adab al-Mufrad.[4]

Kesempurnaan Tauhid

          Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut.

Firman Allah SWT:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat  (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu...  (QS. An-Nahl:36)

Thaghut adalah setiap perkara yang hamba  melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang  diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti  para pemimpin atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT.

-Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:

1-  Iblis –semoga Allah SWT melindungi kita darinya-,
2-  Siapa yang disembah sedangkan dia ridha,
3-  Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4-  Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5-  Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.



[1] Muttafaqun 'alaih. HR. al-Bukhari no. (3435) dan ini lafaznya, dan Muslim no. (28)
[2]  Shahih. HR. at-Tirmidzi no. (3540), Shahih Sunan at-Tirmidzi no. (2805).
[3]  HR. Muslim no. (93)
[4]  Shahih. HR. Ahmad no. (6583) dan al-Bukhari dalam al-Adab  al-Mufrad no. (558), Shahih al-Adab al-Mufrad no. (426). Lihat  as-Silsilah al-Shahihah karya Syaikh al-Albani no.( 134).






Pengertian ibadah: 


          Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah digunakan atas dua hal;

1. Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada  Allah SWT dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala  larangan-Nya karena rasa cinta dan mengagungkan-Nya.

2. Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi  segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa  perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa,  zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya. Maka melakukan shalat  misalnya adalah merupakan ibadah kepada Allah SWT. Maka kita hanya  menyembah Allah SWT semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena  cinta dan mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan  cara yang telah disyari'atkan-Nya.

Hikmah Dari Penciptaan Jin dan Manusia.


          Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia sebagai suatu  yang sia-sia dan tidak berguna. Dia juga tidak menciptakan mereka untuk  makan, minum, senda gurau dan bermain serta tertawa.      

          Dia menciptakan mereka tidak lain adalah untuk suatu  perkara yang besar, untuk menyembah Allah SWT, mengesakan, mengagungkan,  membesarkan, dan mentaati-Nya, dengan melakukan segala perintah-Nya dan  menjauhi segala larangan-Nya, berhenti pada batas-batas-Nya (dengan  tidak melanggar larangan-Nya) dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.

Sebagaimana firman-Nya SWT:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Az-Zariyat :56)

Jalan Ubudiyah (beribadah)


          Ibadah kepada Allah SWT dibangun di atas dua pondasi yang besar yaitu: cinta yang sempurnakepada Allah SWT dan ketundukan yang sempurna pada-Nya.

          Dan keduanya juga dibangun di atas dua dasar yang besar, yaitu:

1-     Merasa diawasi oleh Allah SWT, dan mengingat nikmat, karunia,  kebaikan, dan rahmat-Nya yang mengharuskan kita mencintai-Nya,

2-     Mengoreksi cacat dalam diri dan perbuatan yang menyebabkan kehinaan dan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT.

          Pintu terdekat yang memasukkan hamba kepada Rabb-nya adalah pintu iftiqar (menghinakan diri) kepada Rabb-nya.  Maka, dia tidak melihat dirinya kecuali seorang yang merugi, dan dia  tidak melihat adanya kondisi, kedudukan, dan sebab pada dirinya yang dia  bergantung padanya, tidak pula ada perantara yang bisa membantunya.  Akan tetapi dia merasa sangat membutuhkan kepada Rabb-Nya SWT, dan jika dia meninggalkan hal tersebut diri darinya niscara dia rugi dan binasa.

Firman Allah SWT:

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah  (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya  kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. Kemudian apabila Dia telah  menghilangkan kemudharatan itu daripada kamu, tiba-tiba sebahagian  daripada kamu mempersekutukan Rabbnya dengan (yang lain), biarlah mereka  mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka  bersenang-senaglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya). (QS.  An-Nahl :53-55)

Manusia Yang Paling Sempurna Ibadahnya


    Orang yang paling sempurna dalm beribadah kepada  Allah adalah para Nabi dan Rasul, karena mereka adalah orang yang  paling tahu tentang Allah dan yang paling mengagungkan-Nya dibanding  selain mereka, lalu Alah tambahkan kemuliaan mereka dengan menjadikannya  sebagai rasul yang diutus kepada manusia, sehingga mereka memperoleh  kemuliaan risalah dan kemulian khusus dalam beribadah.
Kemudian setelah mereka adalah para siddiqin yang sempurna  dalam beriman kepada Allah dan para utusan-Nya serta istiqamah  diatasnya, kemudian para syuhada dan orang-orang yang shaleh.

Sebagaimana firman-Nya:

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu  akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,  yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS. An-Nisa :69)

Hak Allah SWT Terhadap Hamba:


          Hak Allah SWT terhadap penduduk langit dan bumi adalah agar  mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun,  dengan cara ditaati maka tidak didurhakai, diingat maka tidak dilupakan,  disyukuri maka tidak dikufuri. Maka siapakah yang tidak muncul darinya  sesuatu yang menyelisihi apa yang dia diciptakan dengannya, baik karena  lemah, bodoh, atau karena berlebihan dan karena kekurangan (dalam  menjalankan perintah atau meninggalkan larangan).

          Oleh karena itu seandainya Allah SWT mau menyiksa penduduk  langit dan bumi, niscaya Dia menyiksanya dan Dia tidak berbuat zalim  kepada mereka, dan jika Dia memberikan rahmat-Nya niscaya rahmat-Nya  lebih baik daripada amal perbuatan mereka sendiri.

          Dari Mu'azd bin Jabal r.a, ia berkata, "Saya membonceng Nabi SAW di atas keledai yang dinamakan 'afir,lalu 'Beliau SAW bersabda, 'Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah SWT terhadap hamba dan apa hak hamba kepada Allah SWT? Saya menjawab. 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda,:'Sesungguhnya hak Allah SWT terhadap hamba adalah bahwa mereka menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan hak hamba terhadap Allah SWT adalah bahwa Dia SWT tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehlah saya memberitahukan kepada manusia?' Beliau menjawab, 'Jangan engkau beritakan kepada mereka, maka mereka menjadi enggan beramal (Muttafaqun 'alaih).[1]

Kesempurnaan Ubudiyah


1. Setiap hamba berbolak-balik di antara tiga perkara: (Pertama)  nikmat-nikmat Allah SWT yang datang silih berganti kepadanya, maka  kewajibannya adalah memuji dan bersyukur. (Kedua) Dosa  yang  dikerjakannya, maka kewajibannya adalah meminta ampun darinya. Dan  (ketiga) bala bencana yang ditimpakan Allah SWT kepadanya, maka  kewajibannya adalah sabar. Barangsiapa yang melaksanakan tiga kewajiban  ini, niscaya ia beruntung di dunia dan di akhirat.

2. Allah SWT menguji hamba-Nya untuk menguji kesabaran dan ubudiyah mereka,  bukan untuk membinasakan dan menyiksa mereka. Maka, hak Allah SWT  terhadap hamba-Nya adalah ubudiyah/penyembahan  di waktu susah,  sebagaimana kepada-Nya ubudiyah di kala senang. Kepada-Nya ubudiyah pada  sesuatu yang dibenci, sebagaimana untuk-Nya ubudiyah pada sesuatu yang  disukai. Mayoritas manusia memberikan ubudiyah/penyembahan pada sesuatu  yang mereka sukai, dan perkaranya adalah memberikan ubudiyah pada yang  dibenci. Mereka saling berbeda dalam hal itu. Berwudhu dengan air dingin  pada saat panas yang luar biasa dan menikahi istrinya yang cantik  adalah ubudiyah/ibadah. Dan berwudhu dengan air dingin pada saat dingin  yang menusuk tulang adalah ibadah. Meninggalkan maksiat yang disenangi  nafsu tanpa ada rasa takut kepada manusia adalah ibadah, dan sabar  terhadap rasa lapar dan sakit adalah ibadah, akan tetapi terdapat  perbedaan di antara dua ibadah.

          Maka, barangsiapa yang selalu beribadah kepada Allah SWT di  saat senang dan susah, dalam kondisi yang dibenci dan disukai, maka dia  termasuk hamba Allah SWT yang tidak ada rasa takut atas mereka dan  mereka tidak berduka cita. Musuhnya tidak bisa menguasainya, maka Allah  SWT menjaganya. Akan tetapi kadang syetan memperdayanya. Seseorang hamba  diberi cobaan dengan lupa, syahwat, dan marah. Dan masuknya  syetan  terhadap hamba berawal dari tiga pintu ini. Allah SWT  menguasakan (memberikan otoritas) nafsu, keinginan dan syetannya kepada  setiap hamba dan mengujinya, apakah dia mentaatinya atau mentaatiRabb-nya.

          Allah SWT memiliki perintah-perintah kepada manusia dan  nafsu juga memiliki perintah-perintah. Allah SWT menghendaki  kesempurnaan iman dan amal shaleh dari manusia, dan nafsu menghendaki  kesempurnaan harta dan syahwat. Allah SWT menghendaki amal perbuatan  untuk akhirat dari kita dan nafsu menghendaki perbuatan untuk dunia.  Iman adalah jalan keselamatan dan lampu lentera yang dengannya dia  melihat kebenaran dari yang lainnya dan inilah tempat cobaan.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)  mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?  Dan  sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka  sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya  Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-'Ankabuut:2-3)

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena  sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu  yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi  Maha Penyayang. (QS. Yusuf:53)

3- Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah  bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka  (belaka).Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti  hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah  sedikitpun.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang  yang zalim. (QS. Al-Qashash:50)



[1]  Muttafaqun 'alaih. HR. al-Bukhari no. 2856 dan Muslim no. 30, lafadz hadits ini dari riwayat Muslim.
[http://www.islam-center.net/id/prinsip-prinsip-keislaman/pengertian-islam/132-makna-ibadah-dan-hakikatnya.html]